Minggu, 15 November 2015

Laporan Fisiologi Hewan

PROSES OKSIDASI DAN PROSES RESPIRASI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Praktikum Fisiologi Hewan yang diampu oleh Dosen Siti Nurkamilah, M.Pd


 Disusun oleh :
Kelompok  I

Anwar Munawar                  10541083
Rahmi N Sri Mutiara            13542020
Resti Suci Lestari                  13542014
Fitriah Sya’diah                    13542030
                                          Fitri Eka Silviani                      13542032
Yanti Ratnasih                      13542034

Kelas 3B





SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN GARUT
2015

A.    Tujuan
1.      Mengetahui proses respirasi sel
2.      Memahami proses respirasi anaerobik (Fermentasi)
3.      Menentukan jenis respirasi pada suatu sel makhluk hidup
4.      Memahami proses oksidasi dalam masa respirasi

B.     Landasan Teori
Di dalam, sel hidup terjadi proses metabolisme. Salah satu proses tersebut adalah katabolisme. Katabolisme disebut pula disimilasi karena dalam proses ini energi yang tersimpan ditimbulkan kembali atau dibongkar untuk menyelenggarakan proses-proses kehidupan. Adapun proses katabolisme yang akan di bahas adalah mengenai respirasi sel.
Respirasi sel berlangsung di dalam mitokondrio melalui proses glikolisis, yaitu proses pengubahan atom C6 menjadi C3. Dilanjutkan dengan proses dekarboksilasi oksidatif yang mengubah senyawa C3 menjadi senyawa C2 dan C1 (CO2). Kemudian Daur Krebs mengubah senyawa C2 menjadi CO2. Pada setiap tingkatan proses ini dihasilkan energi berupa ATP (Adenosin Tri Phosphat) dan hydrogen.
Ada dua jenis respirasi sel yaitu :
1.      Respirasi Aerob/Aerobik
Respirasi aerobik dapat diartikan sebagai serangkaian reaksi enzimatik yang mengubah glukosa secara sempurna menjadi CO2, H2O dan energi. Reaksi dapat terjadi secara sempurna karena terdapat cukup oksigen. Energi yang dihasilkan dalam pernapasan aerob adalah 38 ATP.
2.      Respirasi Anaerob/Anaerobik (Fermentasi)
Pernapasan ini dapat diartikan sebagai serangkaian reaksi enzimatik yang mengubah glukosa secara tidak sempurna karena kekurangan oksigen. Pada manusia respirasi ini menghasilkan asam laktat, sedangkan pada tumbuhan reaksi ini menghasilkan CO2 dan alkohol. Respirasi ini hanya menghasilkan sedikit energi yaitu 2 ATP.

C.    Alat dan Bahan
1.      Tabung reaksi 4 buah

2.      Mesin penangas air elektrik

3.      Penjepit tabung reaksi

4.      Pipet tetes

5.      Gelas kimia

6.      Larutan gist/ragi (15 gram dalam 250 cc larutan sukrosa 10%)
7.      Methylen blue di encerkan
8.      Larutan glukosa 10% dalam aquades
9.      Bunsen

D.    Langkah Kerja
1.      Memberi tanda/label pada masing-masing tabung dengan huruf A, B, C dan D
2.      5 cc larutan gist yang telah dibuat kemudian di didihkan dengan bunsen
3.      Masing-masing 1 cc larutan gist yang telah dipanaskan tersebut dimasukkan ke dalam tabung A dan B
4.      Kemudian 5 cc larutan gist yang masih dingin diambil lalu dimasukkan masing-masing 1 cc ke dalam tabung C dan D
5.      1 cc larutan glukosa 10% dan 1 cc methylen blue ditambahkan ke dalam setiap tabung di atas
6.      Megencerkan semua tabung tersebut dengan aquades sebanyak 5 cc, kemudian disumbat dengan ibu jari serta kocok masing-masing tabung tersebut.
7.      Tabung B dan D dibiarkan terbuka sedangkan tabung A dan C tertutup dengan plastik/alumunium foil
8.      Semua tabung reaksi tersebut dimasukkan kedalam penangas air dengan suhu 40o
9.      Dilakukan pengamatan perubahan warna yang terjadi selang 10 menit selama 40 menit

E.     Hasil
Tabel Hasil Pengamatan Perubahan Warna Larutan Percobaan

Tabung
Warna
Sebelum
Sesudah
10’
10’
10’
10’
A
Biru
+++
++
++
+
+
B
Biru
+++
++
++
+
+
C
Biru
+++
+
+
_
_
D
Biru
+++
+
+
_
_
Keterangan :
+++     : Pekat
++        : Kurang pekat
+          : Kurang sekali
-                      : Bening

F.     Pembahasan
Dalam praktikum ini kami mengamati bagaimana proses oksidasi dan proses respirasi sel dengan menggunakan larutan gist/ragi. Dalam percobaan ini dilakukan 4 kali pengulangan perlakuan setiap 10 menit.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, Pada tabung A dan B tidak mengalami banyak perubahan warna dan gelembung karena organisme (jamur Saccaromyces serevisae)  yang melakukan respirasi mati pada saat proses pemanasan. Sedangkan pada tabung C dan D mengalami perubahan warna serta terdapat gelembung karena organisme (jamur Saccaromyces serevisae) aktif melakukan respirasi .
Adanya warna biru muda pada tabung C dikarenakan jamur melakukan respirasi secara Anaerob. Hal ini ditandai dengan tabung yang disumbat rapat sehingga tidak ada aktifitas udara yang keluar masuk sehingga mengahasilkan warna biru pada tabung C yang lebih gelap dari pada tabung D.
Sedangkan warna biru muda yang lebih cerah dari pada tabung  D dikarenakan organisme (jamur Saccaromyces serevisae) melakukan respirasi Aerob ditandai dengan tidak ditutupnya tabung, sehingga  air dan gelembung udara CO2 dihasilkan lebih banyak. 
     G. Kesimpulan dan Jawaban Pertanyaan
    A. Kesimpulan
         Dari hasil pengamatan kami dan literature dari berbagai sumber, dapat di simpulkan   bahwa :
1.      Proses respirasi sel dipengaruhi oleh beberapa faktor  yaitu :
·         Ketersediaan substrat (semakin banyak substrat maka semakin cepat pula perubahan  warnanya),
·         Ketersediaan oksigen (Ketersediaan O2 yang terbatas akan mempengaruhi laju respirasi yang ditandai dengan perubahan warna yang semakin cepat dan banyaknnya gelembung)
·         Suhu (Semakin tinggi suhu, maka proses respirasi akan semakin cepat).
2.      Proses respirasi anaerob (fermentasi) terjadi ketika keadaan tanpa ada oksigen.
3.      Pada tabung A dan C menunjukkan terjadinya respirasi Anaerob, sedangkan pada tabung B  dan D menunjukkan terjadinya respirasi Aerob.
         B. Jawaban Pertanyaan
1. Apakah yang dimaksud dengan respirasi sel ?
    Respirasi dalam sel adalah proses di mana energi potensial dari nutrisi berubah menjadi energi yang dapat digunakan oleh tubuh atau organisme dimana sel berada. Respirasi terjadi di kedua sel tumbuhan dan hewan, dan umumnya memanfaatkan nutrisi glukosa, asam lemak dan asam amino untuk menghasilkan energi. Respirasi selular biasanya melibatkan oksidasi molekul untuk melepaskan energi, tetapi respirasi dapat dicapai tanpa oksigen.
2. Apakah yang dimaksud dengan oksidasi ?
Oksidasi adalah proses yang menyangkut pemindahan electron (e- ) dari suatu atom   atau suatu molekul ke zat yang lain.
3.    Apa sebabnya terjadi perbedaan kecepatan perubahan warna antara tabung A,B    dengan C, dan D ?
Perbedaan kecepatan perubahan warna antara tabung A,B dengan C dan D terjadi karena jumlah bakteri (Saccaromyces) yang melakukan respirasi berbeda-beda. Adanya perbedaan jumlah bakteri dikarenakan perbedaan perlakuan pada masing-masing tabung yaitu pada tabung A dan B, larutan gist didihkan terlebih dahulu, sehingga memungkinkan kandungan organisme yang ada dalam larutan mati atau berkurang akibatnya didalam tabung tidak terdapat aktivitas respirasi yang mengakibatkan air yang ada didalam tabung menjadi keruh. Hal inilah yang menyebabkan tabung A dan B mengalami perlambatan dalam perubahan warna. Sedangkan pada tabung C dan D larutan gistnya tidak dipanaskan sehingga warnanya cepat berubah karena organisme-organisme masih hidup dan melakukan respirasi, akibatnya larutan didalam tabung menjadi berwarna lebih jernih dibandingkan warna awal.

      H. Daftar pustaka
Nurkamilah, Siti. 2015. Modul Fisiologi Hewan.  Garut.
http://nonanafis.blogspot.co.id/2012/05/proses-oksidasi-dalam-proses-respirasi.html
https://moeslemin.wordpress.com/respirasi-sel/

    







Minggu, 01 November 2015

AKTIVITAS ENZIM AMYLASE

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Praktikum Fisiologi Hewan yang diampu oleh Dosen Siti Nurkamilah, M.Pd


Disusun oleh :
Kelompok-I

                                            Anwar Munawar                  10541083
                                            Rahmi N Sri Mutiara            13542020
                                            Resti Suci Lestari                  13542014
                                            Fitriah Sya’diah                    13542030
                                            Fitri Eka Silviani                  13542032
                                            Yanti Ratnasih                      13542034

                                                                    Kelas 3-B



  

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN GARUT
2015





A.    Tujuan :
1. Mengetahui dan memahami proses pencernaan makanan dengan bantuan saliva.
2. Untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap kerja enzim amilase.


B.     Landasan teori
Hewan dan manusia memperoleh makanan yang dibutuhkan dari tumbuhan dan hewan lain. Fungsi makanan bagi tubuh adalah untuk menghasilkan energi, pertumbuhan dan mengganti sel / jaringan yang rusak. Bahan makanan yang dikonsumsi terdiri atas senyawa karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air dan garam mineral. Beberapa senyawa seperti karbohidrat, lemak, protein dapat di serap setelah melalui proses pencernaan. Melalui proses pencernaan makanan, senyawa tersebut dipecah menjadi molekul-molekul kecil dengan komposisi kimia sederhana sehingga dapat dengan mudah diserap oleh dinding saluran pencernaan.
Secara umum pencernaan makanan peda manusia melalui dua proses yaitu pencernaan secara fisik (mekanis) dan secara kimiawi. Pencernaan secara fisik merupakan proses pengubahan molekul makanan yang besar menjadi kecil-kecil, misalnya penghancuran makanan dengan gigi atau otot lambung. Pencernaan kimiawi adalah pemecahan zat pati (amilum) oleh ptyalin (suatu amilase) menjadi maltosa, trisakarida, dan dekstrin. Ptyalin bekerja di rongga mulut dengan PH 6.3 – 8 dan masih bekerja di lambung sampai asam lambung menurunkan PH nya sehingga ptyalin tidak bekerja lagi.  Air ludah juga mengandung sedikit lingual lipase, yakni suatu enzim yang memecah trygliserilida menjadi asam lemak dan monoglyserida, enzim ini bekerja terutama dalam suasan asam, yakni setelah makanan mencapai lambung.
Enzim merupakan senyawa protein yang dapat digunakan di dalam proses pencernaan makanan. Adapun beberapa contoh enzim yang berperan dalam proses pencernaan makanan adalah sukrase, amilase, lipase, pepsin, dan tripsin. Kerja suatu enzim sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain suhu, pengaruh pH dan hambatan reversiabel. (Nurkamilah : 2015)

C.     Alat dan Bahan
1.      Alat
a.       Tabung reaksi


b.      Gelas Kimia

   


c.       Kaki Tiga 















d.      Kawat Kasa 

















e.       Bunsen Spirtus

















f.       Termometer










g.      Spatula






h.      Penjepit tabung reaksi
















i.        Pipet tetes

















    k. Gelas ukur















2.      Bahan
a.       Saliva
















b.      Kain kasa













c.       Larutan Lugol















d.      Larutan Benedict
















e.      Larutan Amilum

    
















D.    Cara Kerja
1.      Mengumpulkan saliva atau air liur

















2.     Menyaring Saliva yang telah terkumpul dari semua praktikan dengan kain kasa kasar

















3.  Menyediakan tiga buah penangas air, setelah itu panaskan sampai pada temperatur yang diinginkan    (gelas kimia 1 Suhu ruangan (tidak dipanaskan), gelas kimia 2 pada suhu 36˚C - 38˚C, gelas kimia      3 pada suhu diatas 80˚C )
















4.      Memasukan larutan amilum ke dalam 6 buah tabung reaksi masing-masing sebanyak 5 ml
















5.      Memasukan tabung reaksi ke dalam penangas air yang telah di siapkan.

                                                           Suhu Ruangan


                                                              Suhu  36˚C - 38˚C 
         
                               
                                                               Suhu diatas 80˚C             

                                           



6.      Setelah 10 menit kemudian pada masing-masing tabung reaksi di masukkan 15 tetes saliva yang telah disaring dan mencatat waktu pemasukkannya

















7.    Setiap interval 5 menit dilakukan tes dengan larutan iodium dan benedict sampai terjadi titik               achromatis dan mencatat waktunya.


















8.      Selama pengujian iodium dan benedict tabung reaksi tidak boleh dikeluarkan dan menjaga                   masing-masing penangas air agar tetap konstan.

9.      Kemudian membandingkan hasil dari masing-masing tabung percobaan.

E.     Hasil

1.      Tabel Pengamatan
a.       Menambahkan larutan Lugol

Waktu
Perubahan warna
24˚C
36 - 38˚C
>80˚C
5’
-
+
-
5’
+
-
-
5’
+
-
-
5’
+


5’




b.      Menambahkan larutan benedict

Waktu
Perubahan warna
24˚C
36 - 38˚C
>80˚C
5’
-
+
Kuning
5’
+
+
Kuning kecoklatan
5’
+
+
Kuning kecoklatan
5’
+
-
Kuning kecoklatan
5’
+




2.      Gambar Pengamatan
a.       Suhu Ruangan




5 Menit Pertama
5 Menit Kedua
5 Menit Ketiga
5 Menit Keempat

b.      Suhu antara 36 - 38˚C





5 Menit Pertama
5 Menit Kedua
5 Menit Ketiga
        5 Menit Keempat

c.       Suhu  >80˚C




5 Menit Pertama
5 Menit Kedua
5 Menit Ketiga
         Menit Keempat




F.      Pembahasan

Dalam praktikum ini kami mengamati bagaimana kerja enzim amylase terhadap perombakan pati yang pada percobaan kali ini berupa larutan amilum. Dalam percobaan ini dilakukan menggunakan 3 suhu yang berbeda, yaitu suhu ruangan ± 24˚C, suhu > 80˚C, dan Suhu terkontrol 36 - 38˚C. suhu terkontrol ini disesuaikan dengan suhu tubuh manusia normal.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pada suhu ruangan tidak terbentuk titik akromatis, yaitu waktu dimana larutan amilum yang telah di campur saliva dan diberikan larutan benedict atau lugol tidak mengeluarkan warna atau kembali ke warna asal.
Sedangkan pada suhu > 80˚C larutan amilum yang ditetesi lugol langsung berada di titik akromatis, sedangkan larutan amilum yang ditetesi benedict pada tetesan pertama berubah menjadi sedikit hijau, kemudian 5 menit kemudian ditetesi kembali benedict dan hasilnya menjadi kuning, dan semakin lama semakin pekat. Pada suhu ini, enzim amylase mengalami denaturasi atau penghancuran. Hal ini ditandai dengan tidak terdapat perubahan ke titik akromatis dari larutan amilum ketika di tetesi larutan lugol dan benedict. Walaupun pada larutan amilum yang ditetesi lugol.
Seperti halnya katalisator, enzim juga dipengaruhi oleh temperatur. Hanya saja enzim ini tidak tahan panas seperti katalisator lainnya. Kebanyakan enzim akan menjadi non aktif pada suhu 50 ˚C (Poedjiadi, 2005).
Untuk suhu terkontrol 36 - 38˚C titik akromatis terbentuk pada 5 menit kedua untuk larutan amilum yang ditetesi lugol, dan 5 menit ke empat untuk larutan amilum yang ditetesi benedict. Pada suhu inilah enzim amylase bekerja secara optimum.

G.    Kesimpulan
Dari hasil pengamatan kami dan literature dari berbagai sumber, dapat di simpulkan bahwa :
1.      Enzim amylase dapat bekerja secara maksimal pada suhu antara 36 - 38˚C atau suhu tubuh manusia normal.
2.      Kerja enzim dipengaruhi oleh suhu.
3.      Enzim amylase dapat terdenaturasi pada suhu yang tinggi >50 ˚C.


H.    Daftar pustaka
Nurkamilah, Siti. 2015. Modul Fisiologi Hewan.  Garut.
Poejdiadi, Anna. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press : Jakarta